Jumat, 24 Juni 2011

SISTEM PERNAFASAN



Sistem pernafasan terdiri atas saluran nafas dan pusat-pusat pernafasan. Saluran nafas terbagi atas bagian bawah yaitu alveolus, bronkiolus, bronkus, dan trachea, sedangkan bagian atas terdiri dari laring, nasofaring, dan rongga hidung. Pusat-pusat pernafasan mengatur secara otomatis ritme pernafasan. Selain menerima rangsangan dari syaraf, pusat-pusat pernafasan di pons dan medula oblongata juga peka terhadap bahan kimia, suhu dan perubahan PH. Pusat batuk juga berhubungan dengan pusat pernafasan. Gangguan system pernafasan dapat terjadi bila terdapat depresi pusat pernafasan, hambatan pada saluran nafas, peradangan saluran nafas dan enfisema, peradangan pleura, asma dan tumor. 
Batuk adalah suatu refleks fisiologi protektif yang bermanfaat untuk mengeluarkan dan membersihkan saluran pernafasan dari dahak, debu, zat-zat perangsang asing  yang dihirup, partikel-partikel asing dan unsur-unsur infeksi. Batuk juga merupakan refeks karena iritasi di faring hingga bagian bawah saluran nafas, penyebabnya infeksi, jasad renik atau asap yang meningkatkan sekresi lendir. Jadi batuk merupakan mekanisme pertahanan tubuh terhadap benda asing yang masuk ke saluran nafas.
Penyebab batuk:
1.      Radang (infeksi saluran pernafasan)
2.      Alergi (asma).
3.      Sebab mekanis (asap rokok, debu, tumor paru-paru)
4.      Perubahan suhu yang mendadak
5.      Rangsangan kimiawi (gas, bau)
6.      Infeksi virus misalnya, virus selesma (common cold)
7.      Influenza
8.      Cacar air
9.      Radang pada cabang dan hulu tenggorokan (bronchitis, pharyngitis)
10.  Peradangan dari jaringan paru-paru
11.  Efek samping beberapa obat ( penghambat-ACE)

Jenis-jenis Batuk :
1.      Batuk Produktif
Merupakan suatu mekanisme perlindungan dengan fungsi mengeluarkan zat-zat asing (kuman, debu, dan sebagainya) dan dahak dari batang tenggorok. Batuk ini pada hakekatnya tidak boleh ditekan oleh obat pereda. Untuk meringankan dan mengurangi frekuensi batuk umumnya dilakukan terapi simtomatis dengan obat-obat batuk yakni zat pelunak, ekspektoransia, mukolitika dan pereda batuk.
2.      Batuk Non-produktif
Kering tanpa adanya dahak, misalnya pada batuk rejan (pertussis, kinkhoest), atau juga karena pengeluarannya memang tidak mungkin, seperti pada tumor. Bila tidak diobati, batuk demikian akan berulang terus karena pengeluaran udara cepat pada waktu batuk akan kembali merangsang mukosa tenggorok dan faring.
Obat-obat Batuk  Menurut Jenis Batuk :
1.      Obat Anti-tusif.
Obat Anti-tusif merupakan obat batuk yang menekan pusat batuk di batang otak hanya diberikan pada batuk kering. Obat penekan pusat batuk terbagi dalam Anti-tusif narkotik dan non-narkotik.
a.       Anti-tusif narkotik
Codein dan Dekstrometorfan efek narkotknya ringan, walaupun dapat memberikan adiksi. Dosis kodein 10-40 mg sehari dengan indikasi ‘batuk kering’ misalnya pada pleuritis. Efek adiksi yang lebih berat dari kodein yaitu dikodid dan metadon yang sudah tidak digunakanlagi. Hanya nostapin yang digunakan sebagai anti-tusif tanpa memberikan adiksi dan analgesi.
b.      Anti-tusif non-narkotik
Ternyata tidak banyak obat dari golongan ini dan yang bertahan ialah benzonatat yang memiliki khasiat anastesi local, antihistaminic dan otonomik. Bila dipakai sebagai tablet hisap akan memberikan anastesi pada reseptor di paru dan menekan pusat batuk tanpa menekan pusat pernafasan. Kekuatannya sama dengan kodein, bekerja cepat dan berlangsung 6 jam. Obat lain dari golongan narkotik ialah karbetapentan (tokklase) yang mempunyai efek serupa benzonatat.
2.      Obat Ekspektoran
Setelah pemberian ekspektoran kepada penderita batuk produktif, maka lendi akan menjdi encer dan mudah dibatukkan keluar. Cara mudah mengencerkan lendir adalah menghisap uap air panas yang diberi minyak atsiri misalnya minyak kayu putih. Obat yang mengencerkan lendir. Melalui reflex lambung ialah NH4Cl dan ipekak.
Yodium dalam bentuk yodida juga merangsang reflek lambung, tetapi merangsang pula mukosa saluran nafas. Karena itu yodida tidak boleh diberikan pada penderita TBC. Obat yang merangsang mukosa bronkus, tetapi dapat digunakan untuk TBC adalah guaiakolat yang biasanya diberikan pada ekspektoran lainnya.

Obat batuk  menurut titik kerjanya dibagi atas :
a.       Zat-zat sentral
Obat ini menekan rangsangan batuk dipusat batuk yang terletak di sumsum lanjutan (medulla) dan mungkin juga bekerja terhadap pusat saraf lebih tinggi (di otak) dengan efek mengenalkan. Zat-zat ini dapat dibedakan antara lain :
-          Zat-zat adiktif : candu (pulvis opii, pulvis doveri), codein. Zat-zat ini termasuk dalam kelompok obat yang disebut “opioid”, yakni obat-obat yang memiliki (sebagian) sifat farmakologi dari candu (opium) atau morfin.
-          Zat-zat non-adiktif : noskapin, dekstrometorfan, pentoksiverin, antihistaminica (prometazin dan difenhidramin)
b.      Zat-zat perifer
Obat-obat ini bekerja di luar SSP dan dibagi dalam kelompok :
-          Ekspektoransia : ammonium klorida, guaiakol, ipeca, dan minyak terbang. Obat ini bekerja melalui suatu reflex dari lambung yang menstimulasi batuk.
-          Mukolitika : asetilkarbosistein, mesnabromheksin, dan ambroksol. Mukolitika memiliki gugus sulfhydryl (-SH) bebas dan berdaya mengurangi kekentalan dahak dan mengeluarkannya. Senyawa sistein dan mesna membuka jembatan disulfida diantara makro molekul yang terdapat dalam dahak. Bromheksin dan ambroxsol bekerja dengan jalan memutuskan “serat-serat” mucopolysaccharida. Mukolitika digunakan dengan efektif pada batuk dengan dahak yang kental sekali. Zat-zat ini mempermudah pengeluaran dahak yang telah menjadi lebih encer melalui proses batuk atau dengan bantuan gerakan cilia dari epitel. Tetapi, pada umumnya zat-zat ini tidak berguna bila gerakan silia terganggu, misalnya pada perokok atau akibat infeksi.
-          Zat-zat pereda : oksolamin dan tipepidin (asvex), obat-obat ini dapat meredakan batuk dengan cara menghambat reseptor sensible di saluran nafas, dengan akibat berkurangnya rangsangan batuk.





Tidak ada komentar:

Posting Komentar