Jumat, 24 Juni 2011

KERACUNAN JAJAN PASAR



BAB I
PENDAHULUAN

1.1  LATAR BELAKANG
Makanan termasuk kebutuhan dasar terpenting dan sangat esensial dalam kehidupan manusia. Salah satu ciri makanan yang baik adalah aman untuk dikonsumsi. Jaminan akan keamanan pangan merupakan hak asasi konsumen. Makanan yang menarik, nikmat, dan tinggi gizinya, akan menjadi tidak berarti sama sekali jika tak aman untuk dikonsumsi. Menurut Undang-Undang No.7 tahun 1996, keamanan pangan didefinisikan sebagai suatu kondisi dan upaya yang diperlukan untuk mencegah pangan dari kemungkinan cemaran biologis, kimia, dan benda lain yang dapat mengganggu, merugikan, dan membahayakan kesehatan manusia.
Makanan yang aman adalah yang tidak tercemar, tidak mengandung mikroorganisme atau bakteri dan bahan kimia berbahaya, telah diolah dengan tata cara yang benar sehingga sifat dan zat gizinya tidak rusak, serta tidak bertentangan dengan kesehatan manusia. Karena itu, kualitas makanan, baik secara bakteriologi, kimia, dan fisik, harus selalu diperhatikan. Kualitas dari produk pangan untuk konsumsi manusia pada dasarnya dipengaruhi oleh mikroorganisme.
Makanan yang disukai manusia pada umumnya juga disukai organisme. Dengan demikian maka mikroorganisme pada dasarnya merupakan saingan manusia.
Mikroorganisme adalah mahluk kecil yang hanya dapat dilihat dengan mikroskop. Banyak virus, bakteri dan jamur menyerang makanan yang masih berupa bahan mentah seperti sayur – sayuran, buah- buahan, susu, daging ; banyak pula yang menyerang makanan yang sudah dimasak seperti nasi, roti, kue, lauk – pauk dan sebagainya. Maka sudah sejak zaman dahulu dan dimanapun manusia berusaha keras untuk menanggulangi serangan tersebut. Banyak juga cara – cara yang telah di temukan oleh manusia untuk menyelamatkan makanannya dari pencemaran oleh mikroorganisme.
Makanan yang telah dihinggapi mikroorganisme itu mengalami penguraian sehingga dapat berkuranglah nilai gizi dan kelezatannya, bahkan makanan yang telah dalam keadaan terurai itu dapat menyebabkan keracunan sampai kematian seseorang yang memakannya.
Keracunan karena jajanan pinggir jalan dapat terjadi dimana – mana dan sampai sekarang pun korban akibat keracunan makanan itu relatif tinggi, terlebih-lebih di lingkungan anak-anak sekolah dasar yang menjadi korban keracunan akibat jajanan pinggir jalan. Kita perlu tahu bahwa segala macam bahan makanan pada umumnya merupakan media yang sesuai untuk perkembangbiakan mikroorganisme. Akibat mikroorganisme inilah, makanan atau jajanan di pinggir jalan mengakibatkan seseorang keracunan.
Dalam makalah ini akan di bahas tentang permasalahan keracunan jajanan pinggir jalan yang disebabkan oleh mikroorganisme yang terjadi dalam masyarakat. 
1.2  RUMUSAN MASALAH
1.      Apa saja sumber kontaminasi mikroorganisme yang terdapat pada makanan ?
2.      Apa saja jenis-jenis mikroba yang dapat mengkontaminasi jajanan pinggir jalan?
3.      Apa saja tanda-tanda keracunan dari jajanan pinggir jalan ?
4.      Bagaiamana cara mengobati masyarakat yang keracunan jajanan pinggir jalan?
1.3  TUJUAN
1.      Untuk mengetahui sumber kontaminasi mikroorganisme yang terdapat dalam jajanan pinggir jalan.
2.      Untuk mengetahui jenis-jenis mikroba yang dapat mengkontaminasi jajanan pinggir jalan.
3.      Untuk mengetahui tanda-tanda keracunan dari jajanan pinggir jalan.
4.      Untuk mengetahui cara mengobati penyebab keracunan dari jajanan pinggir jalan.
1.4  MANFAAT
1.4.1        Bagi Instansi Pendidikan
Memberikan informasi pada instansi pendidikan tentang permasalahan yang terjadi pada jajanan pinggir jalan.
1.4.2        Bagi Mahasiswa
Untuk mengetahui penyebab keracunan dari jajanan pinggir jalan.
1.4.3        Bagi Masyarakat
Memberikan informasi yang lebih untuk masyarakat. Agar masyarakat berhati-hati dalam memilih makanan terutama makanan di pinggir jalan.



BAB II
TINJAUAN PUSTAKA DAN PEMBAHASAN

2.1 TEORI INFEKSI DAN KERACUNAN MAKANAN
Foodborne diseases (keracunan makanan) yang disebabkan oleh organisme dapat dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu infeksi makanan dan keracunan makanan. Infeksi makanan terjadi karena konsumsi makanan mengandung organisme hidup yang mampu bersporulasi di dalam usus, yang menimbulkan penyakit. Organisme penting yang menimbulkan infeksi makanan meliputi Clostridium perfringens, Vibrio parahaemolyticus, dan sejumlah Salmonella.
Sebaliknya, keracunan makanan tidak disebabkan tertelannya organisme hidup, melainkan akibat masuknya toksin atau substansi beracun yang disekresi ke dalam makanan. Organisme penghasil toksin tersebut mungkin mati setelah pembentukan toksin dalam makanan. Organisme yang menyebabkan keracunan makanan meliputi Staphylococcus aureus, Clostridium botulinum, dan Bacillus cereus.
Semua bakteri yang tumbuh pada makanan bersifat heterotropik, yaitu membutuhkan zat organik untuk pertumbuhannya. Dalam metabolismenya, bakteri heterotropik menggunakan protein, karbohidrat, lemak, dan komponen makanan lainnya sebagai sumber karbon dan energi untuk pertumbuhannya.
2.2 SUMBER KONTAMINASI MIKROORGANISME PADA MAKANAN
Mikroorganisme merupakan jasad hidup yang mempunyai ukuran sangat kecil. Setiap sel tunggal mikroorganisme memiliki kemampuan untuk melangsungkan aktivitas kehidupan antara lain dapat dapat mengalami pertumbuhan, menghasilkan energi dan bereproduksi dengan sendirinya. Mikroorganisme memiliki fleksibilitas metabolisme yang tinggi karena mikroorganisme ini harus mempunyai kemampuan menyesuaikan diri yang besar sehingga apabila ada interaksi yang tinggi dengan lingkungan menyebabkan terjadinya konversi zat yang tinggi pula. Akan tetapi karena ukurannya yang kecil, maka tidak ada tempat untuk menyimpan enzim-enzim yang telah dihasilkan. Dengan demikian enzim yang tidak diperlukan tidak akan disimpan dalam bentuk persediaan. Enzim-enzim tertentu yang diperlukan untuk pengolahan bahan makanan akan diproduksi bila bahan makanan tersebut sudah ada.
Mikroorganisme ini juga tidak memerlukan tempat yang besar, mudah ditumbuhkan dalam media buatan, dan tingkat pembiakannya relative cepat. Oleh karena aktivitasnya tersebut, maka setiap mikroorganisme memiliki peranan dalam kehidupan, baik yang merugikan maupun yang menguntungkan.
Bahan makanan merupakan salah satu tempat yang paling memungkinkan bagi pertumbuhan mikroorganisme Makanan basi atau terkontaminasi tak asing lagi ada campur tangan mikroorganisme di dalamnya.
Bahan makanan, selain merupakan sumber gizi bagi manusia, juga merupakan sumber makanan bagi mikroorganisme. Pada umumnya bahan makanan merupakan media yang baik bagi pertumbuhan mikroorganisme. Pertumbuhan mikroorganisme dalam bahan pangan dapat menyebabkan perubahan yang menguntungkan seperti perbaikan bahan pangan secara gizi, daya cerna ataupun daya simpannya. Selain itu pertumbuham mikroorganisme dalam bahan pangan juga dapat mengakibatkan perubahan fisik atau kimia yang tidak diinginkan, sehingga bahan pangan tersebut tidak layak dikomsumsi. Kejadian ini biasanya terjadi pada pembusukan bahan pangan. Bahan pangan dapat bertindak sebagai perantara atau substrat untuk pertumbuhan mikroorganisme patogenik dan organisme lain penyebab penyakit.
Keberadaan mikroorganisme dalam suatu bahan makanan disebabkan karena bahan makanan tersebut mengandung nutrient yang dibutuhkan untuk pertumbuhan bakteri.
Kontaminasi mikroorganisme pada bahan makanan dapat menyebabkan penyakit, seperti tifus, kolera, disentri, atau tbc, yang mudah tersebar melalui bahan makanan. Gangguan-gangguan kesehatan, khususnya gangguan perut akibat keracunan makanan disebabkan, antara lain oleh kebanyakan makan, alergi, kekurangan zat gizi, toksin-toksin yang dihasilkan bakteri; mengkomsumsi pangan yang mengandung parasit-parasit hewan dan mikroorganisme. Gangguan-gangguan ini sering dikelompokkan menjadi satu karena memiliki gejala yang hampir sama atau sering tertukar dalam penentuan penyebabnya.
Sumber-sumber kontaminasi bahan makanan oleh bakteri ada bermacam-macam, antara lain: manusia, udara, makanan mentah, hewan, serangga, sampah, debu, dan lain-lain.
Manusia membawa bakteri di rambut, telinga, hidung, tenggorokan, usus dan kulit, terutama tangan. Batuk, bersin dan meludah akan memindahkan bakteri. Makanan mentah yang mungkin mengandung bakteri yaitu daging, unggas, buah dan sayuran (terutama sayuran dari dalam tanah), ikan, kerang. Bakteri dari berbagai sumber dapat dipindahkan pada makanan melalui kontak langsung.
Pakaian dan tangan yang tidak dicuci merupakan pembawa untuk memindahkan bakteri ke makanan (kontak tidak langsung). Benda-benda dapat menkontaminasi makanan selama tahap-tahap proses produksi. Ketika menyimpan makanan, penting untuk melakukan perputaran stok agar makanan yang lama digunakan lebih dulu. Jangan membuat stok makanan yang berlebihan. Makanan kering, makanan dalam botol dan kaleng harus disimpan dalam ruangan yang kering, berventilasi baik, tidak di lantai, dan dalam wadah yang kedap udara apabila perlu semua makanan harus disimpan dalam wadah bertutup rapat untuk mencegah kontaminasi.
2.3 JENIS-JENIS MIKROORGANISME YANG DAPAT MENGKONTAMINASI
Makanan terutama jajanan pinggir jalan dapat terkontaminasi oleh berbagai bahan yang bersifat toksik bagi tubuh yang dapat membuat makanan tersebut tidak layak lagi untuk dikonsumsi. Penyakit asal makanan yang disebabkan oleh mikroorganisme dan dipindahkan melalui makanan terjadi melalui dua mekanisme yaitu pertama, mikroorganisme yang terdapat dalam makanan menginfeksi inang sehingga menyebabkan penyakit asal makanan dan kedua, mikroorganisme mengeluarkan eksotoksin dalam makanan dan menyebabkan keracunan makanan bagi yang memakannya.Salah satu kontaminan makanan yang penting untuk diketahui adalah mikotoksin. Mikotoksin adalah zat toksik atau toksin yang dikeluarkan oleh jamur atau fungi.
Selain mikotoksin terdapat beberapa mikroorganisme yang biasanya mengkontaminasi makanan atau jajanan pinggir jalan. Mikroorganisme kontaminan yang biasanya terdapat dalam jajanan pinggir jalan adalah:
1. Kuman Coliform
Kuman Coliform merupakan segolongan besar dan heterogen kuman-kuman batang Gram negatif, yang dalam batas-batas tertentu mirip Escherichia coli. Kuman Coliform merupakan sebagian besar flora aerobik usus normal. Di dalam usus, umumnya kuman ini tidak menyebabkan penyakit dan bahkan dapat membantu fungsi usus secara normal. Organisme ini menjadi patogen hanya bila mencapai jaringan di luar saluran pencernaan, khususnya saluran air kemih, saluran empedu, paru-paru, peritonium, atau selaput otak, yang dapat menyebabkan peradangan pada tempat-tempat tersebut. Bila daya tahan tubuh tidak cukup kuat, khususnya pada bayi yang baru lahir, manusia yang berusia tua, pada stadium penyakit-penyakit lain, maka kuman Coliform dapat mencapai aliran darah.
2. Staphylococcus aureus
Staphylococcus aureus adalah bakteri Gram positif berbentuk bulat, biasanya tersusun dalam rangkaian tidak beraturan seperti anggur. Bakteri ini tidak bergerak, tidak membentuk spora dan tumbuh paling cepat pada suhu 370C. Koloninya berwarna abu-abu sampai kuning emas.
Staphylococcus aureus adalah genus Staphylococcus yang menjadi patogen utama bagi manusia. Hampir setiap orang akan mengalami beberapa tipe infeksi Staphylococcus aureus sepanjang hidupnya, bervariasi dalam beratnya mulai dari keracunan makanan atau infeksi kulit ringan sampai infeksi berat yang mengancam jiwa. Salah satu penyebab terjadinya keracunan jajanan pinggir jalan adalah karena makanan yang dimasak kurang matang .
3. Escherichia coli
Escherichia coli adalah bakteri batang Gram negatif, yang habitat alaminya di saluran usus manusia dan hewan. Koloninya berbentuk bundar, cembung dan halus dengan tepi yang nyata. Di dalam usus, pada umumnya Escherichia coli tidak menyebabkan penyakit dan bahkan dapat membantu fungsi usus secara normal. Bakteri ini menjadi patogen hanya bila berada di luar usus atau di tempat lain. Tempat yang sering terinfeksi oleh bakteri ini adalah saluran kemih, saluran empedu, dan tempat-tempat lain di rongga perut. Escherichia coli menghasilkan enterotoksin yang menyebabkan terjadinya diare.
4. Salmonella
Infeksi oleh bakteri genus Salmonella disebut Salmonelosis. Infeksi ini menyerang saluran gastrointestin yang mencangkup perut, usus halus, dan usus besar atau kolon. Gejala yang ditimbulkan setelah mengkonsumsi makanan yang mengandung Salmonella adalah timbul rasa sakit perut yang mendadak dengan diare encer, seringkali mual, muntah dan demam dengan suhu 380C sampai 390C. Gejala ini ada hubungannya dengan endotoksin tahan panas yang dihasilkan oleh Salmonella .
Salmonella mudah tumbuh pada media perbenihan biasa. Bakteri ini membentuk asam dan kadang-kadang gas dari hasil fermentasi glukosa dan manosa dan biasanya membentuk H2S. Salmonella dapat hidup dalam air beku untuk jangka waktu yang cukup lama, resisten terhadap zat-zat kimia tertentu. Beberapa spesies Salmonella dapat menyebabkan infeksi makanan diantaranya Salmonella enteritidis dan Salmonella choleraesuis. Bakteri ini adalah bakteri Gram negatif, tidak membentuk spora, dapat memfermentasi glukosa, tetapi tidak memfermentasi laktosa atau sukrosa.
5. Clostridium perfringens
Clostridium perfringens umumnya terdapat di alam, misalnya dalam daging mentah dan tinja hewan. Bakteri ini juga merupakan penyebab utama keracunan makanan. Keracunan makanan ini paling baik dicegah dengan menghindarkan penghangatan atau pendinginan makanan yang telah dimasak, secara berkelanjutan.
2.4 TANDA-TANDA KERACUNAN
Gejala klinis keracunan makanan oleh eksotoksin antara lain muntah, penglihatan ganda, kelumpuhan otot, terkadang diare, sakit perut, nyeri otot, pupil membesar, sukar menelan, dan lemah. Gejala ini timbul dalam waktu 8 jam sampai 8 hari. Tanda-tanda keracunan yang lain adalah tenggorokan kaku, mata berkunang-kunang, dan kejang-kejang yang menyebabkan kematian karena sukar bernapas.
2.5 CARA MENGOBATI KERACUNAN
Pengobatan yang bisa dilakukan adalah dengan pemberian antitoksin, terapi supportif dengan cara injeksi nutrisi, serta menghilangkan toksin dengan merangsang muntah dan atau peningkatan peristaltik usus untuk memudahkan buang air besar (Anonimus 2006).
Tindakan penanggulangan yang lain dapat berupa pemberian klorpromazin 25-100 mg atau obat antimuntah lain untuk mengatasi muntah. Bila keracunan ringan, biarkan penderita istirahat di tempat tidur tanpa diberi apa-apa melalui mulut selama 4 jam sampai muntahnya berhenti.
Berikut langkah yang dapat dilakukan untuk menangani seseorang keracuan:
  • Usahakan muntah dengan diberi karbon aktif atau natrium bikarbonat. Jika tidak terjadi diare, lakukan pengurasan lambung dengan memberikan air hangat 1-2 L atau larutan garam 5-10 ml/kg BB untuk anak-anak lalu dilanjutkan dengan pemberian karbon aktif. Kemudian lakukan pembersihan usus dengan obat laksan senyawa garam seperti Mg-sulfat atau Na-sulfat.
  • Lakukan pemeriksaan darah untuk menentukan jenis toksin.
  • Jika terjadi depresi pernapasan, berikan pernapasan buatan.
BAB III
PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Bahwa sumber-sumber kontaminasi yang terdapat dalam bahan makanan oleh bakteri ada bermacam-macam, antara lain: manusia, udara, makanan mentah, hewan, serangga, sampah, debu, dan lain sebagainya.
Mikroorganisme dalam jajanan di pinggir jalan sangat bermacam macam seperti, Kuman Coliform, Staphylococcus aureus, Escherichia coli, Salmonella, Clostridium perfringens jenis – jenis ini menyebabkan berbagai keracunan dalam makanan khususnya jajanan di pinggir jalan.
Tanda-tanda keracunan makanan antara lain muntah, kelumpuhan otot, terkadang diare, sakit perut, nyeri otot, pupil membesar, sukar menelan, lemah, tenggorokan kaku, mata berkunang-kunang, dan kejang-kejang yang menyebabkan kematian karena sukar bernapas.
Cara mengobati seseorang keracunan adalah dengan pemberian antitoksin, terapi supportif dengan cara injeksi nutrisi, serta menghilangkan toksin dengan merangsang muntah dan atau peningkatan peristaltik usus untuk memudahkan buang air besar, dan jika terjadi depresi pernapasan, berikan pernapasan buatan.
3.2 SARAN
Melalui makalah ini, diharapkan bagi para konsumen perlu sekali mengetahui hal ini. Demi menjaga kesehatan, kita harus teliti benar dalam soal makanan. Makanan atau jajanan pinggir jalan sebaiknya tidak dikonsumsi karena selain higienisitas makanan tidak terjamin juga banyak terkontaminasi oleh mikroorganisme.
Di sarankan bagi para pembaca untuk membahas permasalahan tentang keracunan akibat jajanan di pinggir jalan lebih terperinci lagi.







DAFTAR PUSTAKA

Dwidjoseputre, D. Dr. Prof. 2005. Dasar – Dasar Mikrobologi. PT. Djambatan: Jakarta
Anonimus, 2006. Botulism. http://www.siumed.edu/medicine/infec/patinfo/ current/botulism.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar