Kamis, 23 Juni 2011

makalah diabetes melitus


MAKALAH BIOKIMIA
MALFUNGSI HORMON INSULIN
PENYEBAB DIABETES MELITUS TIPE 2

 

MUHAMAD RUDI          NIM : 09.064

 

PI-M

AKADEMI FARMASI PUTRA INDONESIA MALANG

2009/2010


1.1 DEFINISI DIABETES MELITUS
Diabetes Mellitus berasal dari bahasa Yunani (diabetes = pancaran, mellitus=gula). Jadi secara harfiah penyakit ini berarti adanya pancaran gula atau adanya gula yang berlebih pada tubuh. Oleh karena itu, tidak heran jika penyakit diabetes mellitus disebut sebagai penyakit kencing manis.
 Beta-D-Glukose
Diabetes Mellitus (DM) adalah keadaan hipoglikemia kronik disertai berbagai kelainan metabolik akibat gangguan hormonal, yang menimbulkan berbagai komplikasi kronik pada mata, ginjal, saraf, dan pembuluh darah, disertai lesi pada membran basalis dalam pemeriksaan mikroskop elektron.
Diabetes mellitus sebenarnya merupakan suatu kelompok heterogen penyakit yang gambaran umumnya adalah hiperglikemia. Secara sederhana penyakit ini dapat dibedakan / diklasifikasikan dalam dua varian yang dibedakan berdasarkan pola pewarisan, respons insulin dan asalnya. Namun, pada perkembangannya telah ditemukan klasifikasi baru yang didasarkan pada etiologi penyakit tersebut. Penyakit tersebut antara lain;
  • Diabetes mellitus tipe 1 ( diabetes mellitus dependen – insulin / diabetes onset juvenilis) yang terjadi pada 5% – 10% diabetes mellitus,
·         Diabetes mellitus tipe 2 (diabetes mellitus non-dependen insulin/ diabetes onset dewasa) yang terjadi pada sekitar 80% pasien yang mengidap diabetes mellitus
Diabetes Mellitus tipe 1
Diabetes Mellitus tipe 2
Penderita menghasilkan sedikit insulin atau sama sekali tidak menghasilkan insulin.
Pankreas tetap menghasilkan insulin, kadang kadarnya lebih tinggi dari normal. Tetapi tubuh membentuk kekebalan terhadap efeknya, sehingga terjadi kekurangan insulin relatif.
Umumnya terjadi sebelum usia 30 tahun, yaitu anak-anak dan remaja.
Bisa terjadi pada anak-anak dan dewasa, tetapi biasanya terjadi setelah usia 30 tahun
Para ilmuwan percaya bahwa faktor lingkungan (berupa infeksi virus atau faktor gizi pada masa kanak-kanak atau dewasa awal) menyebabkan sistem kekebalan menghancurkan sel penghasil insulin di pankreas. Untuk terjadinya hal ini diperlukan kecenderungan genetik.
Faktor resiko untuk diabetes tipe 2 adalah obesitas dimana sekitar 80-90% penderita mengalami obesitas.
90% sel penghasil insulin (sel beta) mengalami kerusakan permanen. Terjadi kekurangan insulin yang berat dan penderita harus mendapatkan suntikan insulin secara teratur.
Diabetes Mellitus tipe 2 juga cenderung diturunkan secara genetik dalam keluarga.

Glikolisis adalah urutan reaksi-reaksi yang mengkonversi glukosa menjadi piruvat bersamaan dengan produksi sejumlah ATP yang relative kecil.

1.1.1 GLIKOLISIS
Adalah urutan reaksi – reaksi yang mengkonversi glukosa menjadi piruvat bersamaan dengan produksi sejumlah ATP.
  • Proses penguraian karbohidrat menjadi piruvat. Juga disebut jalur metabolisme Emden-Meyergoff dan sering diartikan pula sebagai penguraian glukosa menjadi piruvat. Proses ini terjadi dalam sitoplasma. Glikolisis anaerob: proses penguraian karbohidrat menjadi laktat melalui piruvat tanpa melibatkan oksigen.
  • Proses penguraian glukosa menjadi CO 2 dan air seperti juga semua proses oksidasi. Energi yang dihasilkan dari proses penguraian glukosa ini adalah 690 kilo-kalori (kkal).
  • Jumlah energi ini sebenarnya jauh lebih besar daripada jumlah energi yang dapat disimpan secara sangkil dalam bentuk energi kimia ATP yang dihasilkan dalam proses penguraian tersebut

 
1.1.2 GLIKOGENESIS
Proses pembentukan glikogen ringkasnya sebagai berikut :
  1. Tahap pertama adalah pembentukan glukosa-6-fosfat dari glukosa, dengan bantuan enzim glukokinase dan mendapat tambahan energi dari ATP dan fosfat.
  2. Glukosa-6-fosfat dengan enzim glukomutase menjadi glukosa-1-fosfat.
  3. Glukosa-1-fosfat bereaksi dengan UTP (Uridin Tri Phospat) dikatalisis oleh uridil transferase menghasilkan uridin difosfat glukosa (UDP-glukosa) dan pirofosfat (PPi).
  4. Tahap terakhir terjadi kondensasi antara UDP-glukosa dengan glukosa nomor satu dalam rantai glikogen primer menghasilkan rantai glikogen baru dengan tambahan satu unit glukosa.
  5. Glukosa 6-fosfat dan glukosa 1-fosfat merupakan senyawa antara dalam proses glikogenesis atau pembentukan glikogen dari glukosa.
  6. Proses kebalikannya, penguraian glikogen menjadi glukosa yang disebut glikogenolisis juga melibatkan terjadinya kedua senyawa antara tersebut tetapi dengan jalur yang berbeda seperti digambarkan pada Gambar dibawah.
  7. Senyawa antara UDP-glukosa (Glukosa Uridin Difosfat) terjadi pada jalur pembentukan tetapi tidak pada jalur penguraian glikogen. Demikian pula enzim yang berperan dalam kedua jalur tersebut juga berbeda.
Gambar Glikogenesis
8.      Gugus fosfat dan energi yang diperlukan dalam reaksi pembentukan glukosa 6-fosfat dsari glukosa diberikan oleh ATP yang berperan sebagai senyawa kimia berenergi tinggi.
9.      Sedang enzim yang mengkatalisnya adalah glukokinase. Selanjutnya, dengan fosfoglukomutase, glukosa 6-fosfat mengalami reaksi isomerasi menjadi glukosa 1-fosfat.

1.1.3 GLIKOGENOLISIS
Tahap pertama penguraian glikogen adalah pembentukan glukosa 1-fosfat. Berbeda dengan reaksi pembentukan glikogen, reaksi ini tidak melibatkan UDP-glukosa, dan enzimnya adalah glikogen fosforilase. Selanjutnya glukosa 1-fosfat diubah menjadi glukosa 6-fosfat oleh enzim yang sama seperti pada reaksi kebalikannya (glikogenesis) yaitu fosfoglukomutase.
  • Tahap reaksi berikutnya adalah pembentukan glukosa dari glukosa 6-fosfat. Berbeda dengan reaksi kebalikannya dengan glukokinase, dalam reaksi ini enzim lain, glukosa 6-fosfatase, melepaskan gugus fosfat sehigga terbentuk glukosa. Reaksi ini tidak menghasilkan ATP dari ADP dan fosfat.
  • Glukosa yang terbentuk inilah nantinya akan digunakan oleh sel untuk respirasi
  •  sehingga menghasilkan energy , yang energy itu terekam / tersimpan dalam bentuk ATP
Respirasi aerob adalah proses reaksi kimia yang terjadi apabila sel menyerap O2, menghasilkan CO2 dan H2O. Respirasi dalam arti yang lebih khusus adalah prosesproses penguraian glukosa dengan menggunakan O2, menghasilkan CO2, H2O, dan energi (dalam bentuk energy kimia, ATP)
Proses Respirasi yang berjalan secara Aerob meliputi 3 langkah yaitu
  1. Glikosis,
  2. Daur Krebs : Dekarbosilasi Oksidatif dan Siklus Krebs
  3. Sistem Transport electron (Fosforilasi Oksidatif)
  • Glukosa adalah unit terkecil dari Karbohidrat
  • Karbohidrat adalah senyawa yang tersusun atas unsur-unsur C, H, dan O.
  • Karbohidrat setelah dicerna di usus, akan diserap oleh dinding usus halus dalam bentuk monosakarida
  • Monosakarida dibawa oleh aliran darah sebagian besar menuju hati, dan sebagian lainnya dibawa ke sel jaringan tertentu, dan mengalami proses metabolisme lebih lanjut.
  • Di dalam hati, monosakarida mengalami proses sintesis menghasilkan glikogen, dioksidasi menjadi CO2 dan H2O, atau dilepaskan untuk dibawa oleh aliran darah ke bagian tubuh yang memerlukan.
  • Hati dapat mengatur kadar glukosa dalam darah atas bantuan hormon insulin yang dikeluarkan oleh kelenjar pankreas.
  • Kenaikan proses pencernaan dan penyerapan karbohidrat menyebabkan glukosa dalam darah meningkat, sehingga sintesis glikogen dari glukosa oleh hati akan naik.
  • Sebaliknya, jika banyak kegiatan maka banyak energi untuk kontraksi otot sehingga kadar glukosa dalam darah menurun
  • Dalam hal ini, glikogen akan diuraikan menjadi glukosa yang selanjutnya mengalami katabolisme menghasilkan energi (dalam bentuk energi kimia, ATP).
  • Faktor yang penting dalam kelancaran kerja tubuh adalah kadar glukosa dalam darah.
  • Kadar glukosa di bawah 70 mg/100 ml disebut hipoglisemia.
  • Adapun di atas 90 mg/100 ml disebut hiperglisemia.
  • Hipoglisemia yang serius dapat berakibat kekurangan glukosa dalam otak sehingga menyebabkan hilangnya kesadaran (pingsan).
  • Hiperglisemia merangsang terjadinya gejala glukosuria, yaitu ketidakmampuan ginjal untuk menyerap kembali glukosa yang telah mengalami filtrasi melalui sel tubuh.
Hormon yang mengatur kadar gula dalam darah, yaitu:
1.      Hormon insulin, dihasilkan oleh pankreas, berfungsi menurunkan kadar glukosa dalam darah;
2.      hormon adrenalin, dihasilkan oleh korteks

1.2 DEFINISI DIABETES MELITUS TIPE 2
Diabetes melitus tipe 2 atau sering juga disebut dengan Non Insuline Dependent Diabetes Melitus (NIDDM) merupakan penyakit diabetes yang disebabkan oleh karena terjadinya resistensi tubuh terhadap efek insulin yang diproduksi oleh sel beta pankreas. . Kadar insulin mungkin sedikit menurun atau berada dalam rentang normal. Karena insulin tetap dihasilkan oleh sel-sel beta pangkreas, maka dianggap Non Insulin Dependen Diabetes Mellitus (NIDDM). Keadaan ini akan menyebabkan kadar gula dalam darah menjadi naik tidak terkendali.
Kegemukan dan riwayat keluarga menderita kencing manis diduga merupakan faktor resiko terjadinya penyakit ini. Diabetes Mellitus tipe II biasanya timbul pada orang berusia lebih dari 30 tahun, dan dahulu disebut sebagai Diabetes Awitau dewasa, pasien wanita lebih banyak dari pria.
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin pada Diabetes tipe II masih belum diketahui. Faktor genetik diperkirakan memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin.

1.2.1 HORMON INSULIN
Insulin adalah hormon yang dilepaskan oleh pankreas, yang bertanggungjawab dalam mempertahankan kadar gula darah yang normal. Insulin memasukkan gula ke dalam sel sehingga bisa menghasilkan energi atau disimpan sebagai cadangan energi.
Kadar gula darah sepanjang hari bervariasi dimana akan meningkat setelah makan dan kembali normal dalam waktu 2 jam. Kadar gula darah yang normal pada pagi hari setelah malam sebelumnya berpuasa adalah 70-110 mg/dL darah. Kadar gula darah biasanya kurang dari 120-140 mg/dL pada 2 jam setelah makan atau minum cairan yang mengandung gula maupun karbohidrat lainnya. Kadar gula darah yang normal cenderung meningkat secara ringan tetapi progresif (bertahap) setelah usia 50 tahun, terutama pada orang-orang yang tidak aktif bergerak. Peningkatan kadar gula darah setelah makan atau minum merangsang pankreas untuk menghasilkan insulin sehingga mencegah kenaikan kadar gula darah yang lebih lanjut dan menyebabkan kadar gula darah menurun secara perlahan.
Glikolisis adalah urutan reaksi-reaksi yang mengkonversi glukosa menjadi piruvat bersamaan dengan produksi sejumlah ATP yang relative kecil.

 1.2.1.1 Resistensi Insulin  
Resistensi Insulin (IR) adalah kondisi di mana jumlah normal insulin  tidak memadai  untuk menghasilkan respons insulin normal dari sel lemak,  sel otot dan sel hati. Resistensi insulin pada sel-sel lemak mengurangi efek insulin dan mengakibatkan peningkatan hidrolisis cadangan trigliserida,  jika tidak ada langkah-langkah yang baik untuk meningkatkan sensitifitas terhadap insulin atau dengan memberikan insulin  tambahan. Peningkatan mobilisasi cadangan lipid akan meningkatkan asam lemak bebas dalam plasma darah. Resistansi insulin pada sel-sel otot mengurangi ambilan glukosa (serta  menurunkan penyimpanan glukosa sebagai glikogen), sedangkan resistensi insulin pada sel-sel hati menyebabkan gangguan sintesis glikogen dan kegagalan untuk menekan produksi glukosa.  Konsentrasi asam lemak yang tinggi dalam darah (berhubungan dengan resistensi insulin dan diabetes melitus Tipe 2), berkurangnya  asupan glukosa otot, dan peningkatan produksi glukosa hati semua berkontribusi terhadap peningkatan konsentrasi glukosa darah. Tidak seperti diabetes melitus tipe 1, resistensi insulin umumnya  bersifat "pasca-reseptor", yang berarti masalah terletak pada respon sel terhadap insulin alih-alih produksi insulin. Kadar plasma yang tinggi dari insulin dan glukosa akibat  resistensi insulin diyakini sebagai asal usul sindrom metabolik dan diabetes tipe 2, termasuk komplikasinya.
Homa2
1.2.1.2 Resistensi Insulin Akut
Resistensi insulin yang terjadi pada penyakit kronis, seperti diabetes tipe 2, obesitas dan hipertensi, biasanya memakan waktu berbulan-bulan, bertahun-tahun atau bahkan puluhan tahun untuk berkembang. Hiperglikemia dan resistensi insulin pada pasien sakit kritis ditandai dengan onset cepat, berkembang dalam hitungan menit, jam atau hari, dan dengan demikian disebut resistensi insulin akut. Stres pembedahan mayor  / trauma, sepsis dan peradangan serta stroke akut dapat menyebabkan resistensi insulin akut. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika terlihat  hiperglikemia pada pasien dengan kondisi-kondisi tanpa riwayat diabetes sebelumnya.

1.3 PATOGENESIS
Pada intinya diabetes mellitus tipe 2 ini terjadi akibat predisposisi /kecenderungan genetik  (gangguan sekresi insulin pada sel beta dan resistensi insulin) serta perpaduan dengan faktor lingkungan (obesitas misalnya).
Pada Diabetes tipe II ini terdapat dua masalah utama yang berhubungan dengan insulin, yaitu: resistansi insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada permukaan sel. Sebagai akibat terikatnya insulin dengan reseptor, terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa di dalam sel. Resistensi insulin pada Diabetes tipe II disertai dengan penurunan reaksi intra sel ini. Dengan demikian insulin menjadi tidak efektif untuk menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan.
Pada orang dengan metabolisme normal, insulin dilepaskan dari sel-sel  beta (ß) pulau Langerhans pankreas setelah makan ( "postprandial"), dan mengirim sinyal ke jaringan sensitif terhadap insulin dalam tubuh (misalnya, otot, adiposa ) untuk menyerap glukosa. Hal ini akan menurunkan kadar glukosa darah. Sel-sel beta mengurangi output insulin saat kadar glukosa darah turun, dengan akibat glukosa darah dijaga pada sekitar 5 mmol / L (mM) (90 mg / dL). Pada orang dengan resistensi insulin, kadar  normal insulin tidak memiliki efek yang sama pada sel-sel otot dan adiposa, dengan hasil  kadar glukosa tetap lebih tinggi dari biasanya. Untuk mengkompensasi hal ini, pankreas dalam individu resistensi insulin dirangsang untuk melepaskan lebih banyak insulin. Tingkat insulin yang tinggi memiliki efek tambahan  yang menyebabkan efek biologis lebih lanjut ke seluruh tubuh.
Jenis yang paling umum dari resistensi insulin dikaitkan dengan kumpulan gejala yang dikenal sebagai sindrom metabolik. Resistensi insulin dapat berkembang menjadi diabetes melitus tipe 2 (NIDDM). Hal ini sering terlihat sebagai  hiperglikemia postprandial, ketika ß-sel pankreas tidak mampu memproduksi cukup insulin untuk menjaga kadar gula darah normal (euglikemia). Ketidakmampuan sel-ß untuk menghasilkan insulin yang cukup dalam kondisi hiperglikemia adalah apa yang menjadi ciri khas transisi dari resistensi insulin untuk diabetes melitus tipe 2.
Untuk mengatasi resistensi insulin dan mencegah terbentuknya glukosa dalam darah, harus terdapat peningkatan jumlah insulin yang disekresikan. Pada penderita toleransi glukosa terganggu. Keadaan ini terjadi akibat sekresi insulin yang berlebihan, dan keadaan glukosa akan dipertahankan pada tingkat yang normal atau sedikit meningkat. Namun demikian, jika sel-sel beta tidak mampu mengimbangi peningkatan kebutuhan akan insulin, maka kadar glukosa akan meningkat dan terjadi Diabetes tipe II.



1.3.1 Gangguan Sekresi Insulin Pada Sel Beta
Pada awal perjalanan diabetes tipe 2, sekresi insulin terlihat normal dan kadar insulin plasma tidak berkurang. Namun, secara kolektif, hal ini dan pengamatan lain mengisyaratkan adanya gangguan sekresi insulin yang ditemukan pada awal diabetes tipe 2, bukan defisiensi sintesis insulin. Perjalanan penyakit selanjutnya terjadi defisiensi absolut insulin yang ringan sampai sedang. Kemudian terjadi kehilangan 20% – 50% sel beta, tetapi jumlah ini belum dapat menyebabkan kegagalan dalam sekresi insulin yang dirangsang oleh glukosa. Namun, yang terjadi adalah adanya gangguan dalam pengenalan glukosa oleh sel beta.
Hilangnya sinyal pengenalan glukosa oleh sel beta dapat dijelaskan dengan dua mekanisme:
a)            Adanya peningkatan UCP2 (uncoupling protein 2)
Pada sel beta orang dengan diabetes mellitus tipe 2 yang dapat menyebabkan hilangnya sinyal glukosa yang khas pada penyakit.
UCP2 adalah suatu protein mitokondria yang memisahkan respirasi biokimia dari fosforilasi oksidatif (sehingga menghasilkan panas, bukan ATP) yang kemudian diekspresikan dalam sel beta. Kadar UCP2 intrasel yang tinggi akan melemahkan respon insulin sedangkan kadar yang rendah akan memperkuatnya.
b)      Adanya pengendapan amiloid di islet
Pada 90% pasien diabetes tipe 2 ditemukan endapan amiloid pada autopsi. Amilin yang merupakan komponen utama amiloid yang mengendap ini secara normal dihasilkan oleh sel beta pankreas dan disekresikan dengan insulin sebagai respons terhadap pemberian glukosa. Namun pada jika kemudian terjadi resistensi insulin yang menyebabkan hiperinsulinemia, maka akan berdampak pada peningkatan produksi amiloid di islet. Amilin yang mengelilingi sel beta menyebabkan sel beta agak refrakter dalam menerima sinyal glukosa atau dengan kata lain amiloid bersifat toksik bagi sel beta sehingga mungkin berperan menyebabkan kerusakan sel beta.
1.3.2 Obesitas / Kegemukan
Obesitas dapat pula menjadi penyebab terjadinya diabetes mellitus tipe 2 ini dikarenakan obesitas ini dapat meningkatkan resistansi insulin ke suatu tahap yang tidak lagi dapat dikompensasi dengan meningkatkan produksi insulin. Konsep resistansi insulin adalah sebagai berikut : pada awalnya tampak terdapat resistensi dari sel-sel sasaran terhadap kerja insulin. Insulin mula-mula mengikat dirinya kepada reseptor-reseptor permukaan sel tertentu, kemudian terjadi reaksi intraselluler yang meningkatkan transport glukosa menembus membran sel. Pada pasien dengan diabetes tipe 2 terdapat kelainan dalam pengikatan insulin dengan reseptor. Hal ini dapat disebabkan oleh berkurangnya jumlah tempat reseptor yang responsif insulin pada membran sel. Akibatnya terjadi penggabungan abnormal antara komplek reseptor insulin dengan system transport glukosa.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa resistensi insulin yang berkaitan erat dengan obesitas menimbulkan stres berlebihan pada sel beta yang akhirnya mengalami kegagalan dalam menghadapi peningkatan kebutuhan insulin.
1.3.3 Pewarisan Genetik
Tidak seperti kelainan gen tunggal di mana ekspresi penyakit dipengaruhi oleh sebuah alel mutan pada satu lokus gen, pada diabetes mellitus tipe 2, ekspresi penyakit tergantung pada beberapa gen yang semuanya hanya memiliki efek yang kecil (poligen). Diabetes mellitus tipe 2 ini bisa juga disebut dengan penyakit multifaktor (multifactoral disease) yang mana gen yang terlibat tidak hanya saling berinteraksi satu sama lain, namun juga berinteraksi dengan faktor lingkungan. Berdasarkan model multifaktor ini, predisposisi penyakit dapat ditentukan dengan beberapa kombinasi genetik yang berbeda (genotip) dan faktor lingkungan. Maka ekspresi genotip tidak akan nampak bila tidak dipicu oleh faktor lingkungan. Misalnya pada diabetes ini faktor lingkungan yang berpengaruh dan ikut memicu terekspresikannya penyakit adalah usia, diet, kegiatan fisik, obesitas (penumpukan lemak pada daerah perut), kadar trigliserida darah yang tinggi, rendahnya kadar kolesterol HDL (kolesterol yang “baik”), kadar gula darah setelah makan > 200 mg/dl, sedangkan kadar gula darah puasa > 100, adanya rambut yang berlebih pada wajah atau tubuh (perempuan), atau diabetes saat kehamilan. Untuk itu, Ibu setidaknya perlu melakukan pemeriksaan darah rutin kadar kolesterol serta kadar gula darah (setelah makan dan puasa).
Sampai saat in belum ditemukan faktor genetik apa yang menyebabkan terjadinya pewarisan penyakit diabetes mellitus ini. Namun beberapa penelitian tentang penyakit monogen menunjukkan beberapa gen yang menyebabkan diabetes mellitus. Namun, sayangnya penelitian ini masih sulit dihubungkan dengan gen pewarisan diabetes tipe 2 sebab terdapat perbedaan fenotip dari reseptor insulin pada hewan percobaan (tikus) dan manusia. Pada tikus, jika ia kekurangan reseptor insulin, maka masih bisa dilahirkan dengan berat normal, namun akan mati dengan cepat setelah mengalami ketoasidosis. Sedangkan manusia yang tidak mengalami mutasi, tidak akan dilahirkan (kemungkinan kecil) serta jarang akan tumbuh ketoasidosis.
Sebuah variasi umum pada γ2 isoform of peroxisome proliferator activated receptor gamma  (PPAR γ) [Pro12YAla12 (Pro12Ala)] menunjukkan keterkaitan dengan diabetes yang menyatakan bahwa alel tersebut berhubungan dengan meningkatnya resiko diabetes sebanyak 25%. Mutasi mayor pada gen ini menyebabkan pewarisan resistansi insulin, diabetes mellitus, dan penampakan tambahan seperti lipodystrophy sebagian dan hipertensi. Varian (Glu23Lys) pada gen yang mengode jalur potasium KIR 6.2 juga meningkatkan resiko diabetes sebesar 25%. Hal ini berdampak pada diabetes yang parah atau hipoglikemia. Selain itu, varian lain pada gen yang mengode faktor transkripsi dan faktor inti hepatosit 4α (HNF4 α), reseptor insulin dan genom mitokondria juga mempengaruhi diabetes mellitus tipe 2 di mana sebagian besar mutasi pada gen akan menyebabkan gangguan metabolik.
Tabel 1. Gen Manusia yang mengalami mutasi menyebabkan kelainan homeostasis glukosa
Gen
Penyakit Monogenik
PPARG
KCNJ11
Mitochondrial
genome
INS
INSR
Familial partial
lipodystrophy
(FPLD3)
Permanent neonatal
diabetes mellitus
(PNDM)
Persistent
hyperinsulinaemia
hypoglycemia of
infancy (PHHI)
Diabetes and
deafness
maternally
inherited (MIDD)
Diabetes-type
hyperglycemia
with
hyperinsulinemia
‘‘Type A’’ insulin
Resistance

Secara umum, jika salah satu orang tua memiliki DM tipe 2, risiko pada anak adalah 1 : 7 jika terdiagnosis sebelum usia 50 tahun, dan 1 : 13 jika terdiagnosis di atas usia 50 tahun. Beberapa peneliti percaya bahwa risiko yang dimiliki seorang anak lebih besar jika orang tua yang memiliki DM adalah ibunya. Jika kedua orang tua memiliki DM tipe 2, risiko pada anak menjadi 1 : 2.
1.3.4 Multifactorial Disease
Merupakan penyakit yang diturunkan secara genetik disebabkan oleh 2 gen atau lebih (poligen).
Penyakit ini dapat juga diturunkan secara kongenital pada generasi berikutnya (baik pada remaja, dewasa maupun orang tua). Selain itu yang mempengaruhi terekspresikan gen penyakit ini adalah faktor lingkungan.
Contoh kelainan multifactor;
-          Congenital Anomalies ( CA)
-          Bronchial Asthma
-          Diabetes Mellitus
-          Hypertension, Hypotension
-          Mental Retardation
Kelainan multifactor ini disebabkan oleh pewarisan multifactor. Pewarisan multifaktor bisa menyebabkan adanya penyakit atau normal. Tergantung pula pada kondisi kedua orangtua. Jika kedua orang tua menderita kelainan, maka kemungkinan pewarisan akan lebih besar dibandingkan dengan jika hanya satu orang tua yang menderita kelainan.
Komplikasi Diabetes Melitus
komplikasi diabetesDiabetes merupakan penyakit yang memiliki komplikasi (menyebabkan terjadinya penyakit lain) yang paling banyak. Hal ini berkaitan dengan kadar gula darah yang tinggi terus menerus, sehingga berakibat rusaknya pembuluh darah, saraf dan struktur internal lainnya.
Zat kompleks yang terdiri dari gula di dalam dinding pembuluh darah menyebabkan pembuluh darah menebal dan mengalami kebocoran. Akibat penebalan ini maka aliran darah akan berkurang, terutama yang menuju ke kulit dan saraf.
Kadar gula darah yang tidak terkontrol juga cenderung menyebabkan kadar zat berlemak dalam darah meningkat, sehingga mempercepat terjadinya aterosklerosis (penimbunan plak lemak di dalam pembuluh darah). Aterosklerosis ini 2-6 kali lebih sering terjadi pada penderita diabetes.
Sirkulasi darah yang buruk ini melalui pembuluh darah besar (makro) bisa melukai otak, jantung, dan pembuluh darah kaki (makroangiopati), sedangkan pembuluh darah kecil (mikro) bisa melukai mata, ginjal, saraf dan kulit serta memperlambat penyembuhan luka.
Penderita diabetes bisa mengalami berbagai komplikasi jangka panjang jika diabetesnya tidak dikelola dengan baik. Komplikasi yang lebih sering terjadi dan mematikan adalah serangan jantung dan stroke.
Kerusakan pada pembuluh darah mata bisa menyebabkan gangguan penglihatan akibat kerusakan pada retina mata (retinopati diabetikum). Kelainan fungsi ginjal bisa menyebabkan gagal ginjal sehingga penderita harus menjalani cuci darah (dialisa).
Gangguan pada saraf dapat bermanifestasi dalam beberapa bentuk. Jika satu saraf mengalami kelainan fungsi (mononeuropati), maka sebuah lengan atau tungkai biasa secara tiba-tiba menjadi lemah. Jika saraf yang menuju ke tangan, tungkai dan kaki mengalami kerusakan (polineuropati diabetikum), maka pada lengan dan tungkai bisa dirasakan kesemutan atau nyeri seperti terbakar dan kelemahan.
Kerusakan pada saraf menyebabkan kulit lebih sering mengalami cedera karena penderita tidak dapat meradakan perubahan tekanan maupun suhu. Berkurangnya aliran darah ke kulit juga bisa menyebabkan ulkus (borok) dan semua penyembuhan luka berjalan lambat. Ulkus di kaki bisa sangat dalam dan mengalami infeksi serta masa penyembuhannya lama sehingga sebagian tungkai harus diamputasi
1.4 GEJALA DIABETES MELITUS TIPE 2
a)      Mudah lelah, lemas dan mengantuk
b)      Penurunan berat badan secara drastis
c)       Gangguan penglihatan
d)      Sering terinfeksi dan bila luka sulit sekali sembuh
e)      Poliuria (banyak kencing)
f)       Polidipsi (banyak minum)
g)      Polifagi (banyak makan)
h)      Pada keadaan dekompensasi bisa mengalami koma nonketotik hiperosmolar, yaitu suatu sindrom yang ditimbulkan oleh dehidrasi berat akibat dieuresis hiperglikemik berkepanjangan pada penderita yang kurang minum untuk mengompensasi pengeluaran urin.

1.5 PENATALAKSANAAN MEDIS
Dalam jangka pendek penatalaksanaan Diabetes Mellitus bertujuan untuk menghilangkan keluhan/gejala Diabetes Mellitus. Sedangkan tujuan jangka panjangnya adalah untuk mencegah komplikasi. Tujuan tersebut dilaksanakan dengan cara menormalkan kadar glukosa, lipid, dan insulin. Untuk mempermudah tercapainya tujuan tersebut kegiatan dilaksanakan dalam bentuk pengelolaan pasien secara holistik dan mengerjakan kegiatan mandiri.
Kerangka utama penatalaksanaan Diabetes Mellitus yaitu perencanaan makanan, latihan jasmani, obat hipoglikemik dan penyuluhan.

1.5.1        Perencanaan Makan (Meal Planning)
Pada konsensus Perkumpulan Endokrinologi Indonesia (PERKENI) telah ditetapkan bahwa standar yang dianjurkan adalah santapan dengan komposisi seimbang berupa karbohidrat (60-70%), protein (10-15%), dan lemak (20-25%). Apabila diperlukan santapan dengan komposisi karbohidrat sampai 70-75%) juga memberikan hasil yang baik, terutama untuk golongan ekonomi rendah. Jumlah kalori disesuaikan dengan pertumbuhan, status gizi, umur, stress akut, dan kegiatan jasmani untuk mencapai berat badan ideal. Jumlah kandungan kolesterol <300 mg/hr, jumlah kandungan serat ±25 g/hr, dan utamnya jenis serat larut. Konsumsi garam dibatasi bila terdapat hipertensi, pemanis dapat digunakan secukupnya.
1.5.2        Latihan Jasmani
Dianjurkan latihan jasmani teratur, 3-4 kali tiap minggu selama ±0,5 jam yang sifatnya sesuai CRIPE (Continuous, Rhytmical, Interval, Progressive, Endurance training). Latihan dilakukan terus menerus tanpa berhenti, otot-otot berkontraksi dan relaksasi secara teratur, selang-seling antara gerak cepat dan lambat, berangsur-angsur dari sedikit ke latihan yang lebih berat secara bertahap dan bertahan dalam waktu tertentu. Latihan yang dapat dijadikan pilihan adalah jalan kaki, jogging, lari, renang, bersepeda, dan mendayung. Sedapat mungkin mencapai zona sasaran atau zona latihan, yaitu 75-85% denyut nadi maksimal. Denyut nadi maksimal (DNM) dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut:
DNM = 220 – umur (dalam tahun)
Hal yang perlu diperhatikan dalam latihan jasmani ini adalah jangan memulai olahraga sebelum makan, memakai sepatu yang pas, harus didampingi oleh orang yang tahu mengatasi serangan hipoglikemia, harus selalu membawa permen, membawa tanda pengenal sebagai pasien Diabetes Mellitus dalam pengobatan, dan memeriksa kaki secara cermat setelah olahraga.

1.5.3        Obat berkhasiat Hipoglikemik
Jika pasien telah melakukan pengaturan makanan dan kegiatan jasmani yang teratur tetapi kadar glukosa darahnya masih belum baik, dipertimbangkan pemakaian obat berkhasiat hipoglikemik (oral/suntikan).
Obat Hipoglikemik Oral (OHO)
a)      Sulfonilurea
Obat golongan sulfonilurea bekerja dengan cara:
 Menstimulasi pelepasan insulin yang tersimpan
 Menurunkan ambang sekresi insulin
 Meningkatkan sekresi insulin sebagai akibat rangsangan glukosa
b)      Biguanid
Menurunkan kadar glukosa darah tapi tidak sampai di bawah normal. Preparat yang ada dan aman adalah metformin. Obat ini dianjurkan untuk pasien gemuk (Indeks Massa Tubuh /IMT >30) sebagai obat tunggal. Pada pasien dengan berat lebih (IMT 27-30) dapat dikombinasi dengan obat golongan sulfonilurea.
c)      Inhibitor α glukosidase
Obat ini bekerja secara kompetitif menghambat kerja enzim α glukosidase di dalam saluran cerna sehingga menurunkan penyerapan glukosa dan menurunkan hiperglikemia pascaprandial.
d)     Insulin serositizing agent
Thoazolidinediones adalah golongan obat baru yang mempunyai efek farmakologi meningkatkan sensivitas insulin, sehingga bisa mengatasi masalah resistensi insulin dan berbagai masalah akibat resistensi insulin tanpa menyebabkan hipoglikemia. Obat ini belum beredar di Indonesia.

Indikasi penggunaan insulin pada NIDDN adalah:
a. Diabetes Mellitus dengan berat badan menurun cepat / kurus.
b. Ketoasidosis, asidosis laktat, dan koma hiperosmolar.
c. Diabetes Mellitus yang mengalami stress berat (infeksi sistemik, operasi berat, dan lain-lain).
d. Diabetes Mellitus dengan kehamilan / Diabetes Mellitus Gestasional yang tidak terkendali dengan perencanaan makan.
e. Diabetes Mellitus yang tidak berhasil dikelolah dengan obat hipoglikemik oral dosis maksimal atau ada kontraindikasi dengan obat tersebut.
Dosis insulin oral atau suntikan dimulai dengan dosis rendah lalu dinaikkan perlahan-lahan sesuai dengan hasil glukosa darah pasien.



























DAFTAR PUSTAKA

·         Anita Kristi, 2008, Efek Pemberian Kombucha Coffee Terhadap Kadar
Asam Urat Darah Tikus Putih (Rattus norvegicus L) Jantan yang DIINDUKSI URIC ACID,  
·         Stryer lubert,2000,biokimia vol.2 edisi 4,buku kedokteran, jakarta
·         http://jenkrisk.wordpress.com/2010/06/13/diabetes-mellitus-tipe-2/
·         http://nonnhy.blogspot.com/2010/05/asuhan-keperawatan-diabetes-mellitus.html
·         http://www.otsuka.co.id/?content=article_detail&id=158&lang=id
·         http://medicastore.com/diabetes/diabetes_mellitus.php
·         http://medicastore.com/diabetes/komplikasi_diabetes_mellitus.php
·         http://biologigonz.blogspot.com/2010/06/glikogenesis-fermentasi-respirasi.html


1 komentar:

  1. Wynn Casino, Las Vegas - Mapyro
    Wynn 동두천 출장샵 Resort Hotel Deals & 남양주 출장마사지 Reviews. Wynn Resort Hotel and Casino is located in Las Vegas Strip, a neighborhood 화성 출장안마 in Las Vegas, and is minutes from 광양 출장마사지 McCarran International Airport. Rating: 안양 출장샵 4.2 · ‎13 reviews

    BalasHapus